Memahami fase perjalanan klinis DBD bantu selamatkan nyawa  

Dengue fever, atau yang lebih dikenal dengan DBD, adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. Penyakit ini dapat menyerang siapa saja, terutama di daerah tropis seperti Indonesia. DBD dapat menyebabkan gejala ringan hingga berat, bahkan bisa berujung pada kematian jika tidak segera ditangani dengan baik.

Untuk menyelamatkan nyawa pasien DBD, penting bagi tenaga medis dan masyarakat umum untuk memahami fase perjalanan klinis penyakit ini. DBD memiliki empat fase utama, yaitu fase febris, fase kritis, fase defervescence, dan fase konvalesensi.

Fase febris adalah fase awal dari penyakit DBD yang ditandai dengan demam tinggi, nyeri otot dan sendi, sakit kepala, serta ruam pada kulit. Pada fase ini, penderita juga dapat mengalami penurunan jumlah trombosit dalam darah, yang dapat menyebabkan perdarahan.

Fase kritis adalah fase yang paling berbahaya dalam perjalanan klinis DBD. Pada fase ini, penderita dapat mengalami penurunan tekanan darah yang dapat menyebabkan syok Dengue. Gejala syok Dengue meliputi pucat, lemas, perdarahan paru-paru, dan kejang. Pada fase ini, penderita membutuhkan perawatan intensif di rumah sakit, termasuk pemberian cairan intravena dan transfusi darah.

Fase defervescence adalah fase di mana demam mulai mereda dan penderita mulai pulih. Namun, pada fase ini, penderita masih rentan mengalami komplikasi seperti sindrom hiperaktifitas trombosit dan perdarahan.

Fase konvalesensi adalah fase pemulihan setelah penderita sembuh dari penyakit DBD. Pada fase ini, penderita dapat merasa lelah dan lemah selama beberapa minggu atau bulan setelah sembuh.

Dengan memahami fase perjalanan klinis DBD, tenaga medis dapat memberikan penanganan yang tepat dan cepat untuk menyelamatkan nyawa pasien. Selain itu, masyarakat juga perlu meningkatkan kesadaran akan pentingnya pencegahan DBD dengan menjaga kebersihan lingkungan, menggunakan kelambu saat tidur, dan menghindari penumpukan air di sekitar rumah. Dengan upaya bersama, kita dapat mengurangi angka kematian akibat DBD dan melindungi kesehatan masyarakat.