Dengue Fever (DBD) merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Kedua nyamuk ini merupakan vektor utama penyakit DBD di Indonesia. Meskipun keduanya memiliki peran yang sama dalam penyebaran virus DBD, namun terdapat perbedaan antara nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus.
Nyamuk Aedes aegypti merupakan spesies nyamuk yang memiliki warna hitam dengan garis putih di tubuhnya. Nyamuk ini dikenal sebagai spesies nyamuk yang paling sering menularkan virus DBD. Nyamuk Aedes aegypti biasanya aktif pada pagi dan sore hari, sehingga meningkatkan risiko penularan virus DBD pada saat itu. Nyamuk ini juga cenderung berkembang biak di tempat-tempat yang memiliki genangan air, seperti bak mandi, ember, atau tempat penampungan air lainnya.
Sementara itu, nyamuk Aedes albopictus memiliki warna tubuh yang cenderung lebih gelap dibandingkan dengan Aedes aegypti. Nyamuk ini juga dikenal sebagai spesies nyamuk yang dapat menularkan virus DBD, meskipun tingkat penularannya cenderung lebih rendah dibandingkan dengan Aedes aegypti. Nyamuk Aedes albopictus lebih aktif pada siang hari, sehingga meningkatkan risiko penularan virus DBD pada periode tersebut. Nyamuk ini juga cenderung berkembang biak di tempat-tempat yang memiliki genangan air, namun lebih toleran terhadap lingkungan yang lebih kering dibandingkan dengan Aedes aegypti.
Perbedaan antara nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus ini mempengaruhi strategi pengendalian yang dilakukan untuk mencegah penularan virus DBD. Upaya pengendalian yang dilakukan meliputi pemberantasan sarang nyamuk, penggunaan kelambu atau obat anti nyamuk, serta penyemprotan insektisida. Dengan memahami perbedaan antara kedua spesies nyamuk ini, diharapkan dapat membantu masyarakat dalam mengambil langkah-langkah pencegahan yang tepat untuk melindungi diri dari penyakit DBD.